Senin, 09 Juli 2012
ISLAM DAN BUDAYA MADURA
Tag
islamic
ISLAM DAN BUDAYA MADURA
Religiusitas
masyarakat etnik Madura telah dikenal luas sebagai bagian dari keberagamaan kaum
muslimin Indonesia
yang berpegang teguh pada tradisi (ajaran?) Islam dalam menepak realitas kehidupan
sosial budayanya. Kendati pun begitu, kekentalan dan kelekatan keberislaman
mereka tidak selalu mencerminkan nilai-nilai normatif ajaran agamanya. Kondisi
itu dapat dipahami karena penetrasi ajaran Islam ─ yang dipandang relatif
berhasil ─ ke dalam komunitas etnik Madura dalam realitasnya berinteraksi
(tepatnya, to be interplay) dengan kompleksitas elemen-elemen
sosiokultural yang melingkupinya, terutama variabel keberdayaan ekonomik, orientasi
pendidikan, dan perilaku politik. Hasil penetrasi Islam ke dalamnya kemudian
menampakkan karakteristik tertentu yang khas dan ─ sekaligus juga ─ unik.
Oleh
karena itu, pemahaman dan penafsiran atas ajaran Islam normatif pada warga
etnik Madura pada perkembangannya berjalan seiring dengan kontekstualitas
konkret budayanya yang ternyata sangat dipengaruhi ─ jika tidak dikatakan
bermuatan heretical ─ oleh lingkup lokalitas dan serial waktu
yang membentuknya (Rahman, 1994: 141). Dalam perwujudannya, keberagamaan
etnisitas komunal itu ternyata menampakkan diri dalam bentuk local tradition
di mana Islam sebagai great tradition (ajaran dan praksis normatif)
membentuk konsepsi tentang realitas yang mengakomodasi kenyataan sosiokultural
masyarakatnya atau komunitas yang dibentuknya itu (Azra, 1999: 12). Kehadiran
dan keberadaan Islam ke dalam suatu entitas sosial budaya telah menjadi
“gerakan aktual-kultural” yang mengakomodasi dialog dalam/dengan beragam
segmentasi kehidupan
sehingga wajah Islam normatif dimungkinkan mengalami perubahan
walaupun pada sisi periferalnya.
Kenyataan
demikian tampak pada konsepsi yang teraktualisasikan dalam bentuk-bentuk
perilaku pada budaya orang-orang Madura yang ternyata mengalami perubahan
format ─ jika tidak disebut bias atau deviasi ─ dari norma asalnya. Perilaku
demikian dapat diungkapkan, antara lain: sebagian pedagang Madura berjualan
tidak sesuai dengan spesifikasi yang diucapkan (dijanjikan), tindakan
premanisme, penghormatan berlebihan atau kultus individual pada figur kiai,
ketersinggungan yang sering berujung atau dipahami sebagai penistaan harga diri,
perbuatan heretikal, temperamental, reaktif, keras kepala, dan penyelesaian
konflik melalui tindak kekerasan fisik (biasa disebut carok).
........>>>>>Baiklah friends,,,jika ingin mengetahui lebih lanjut artikel ii coba klik link inih http://www.ziddu.com/download/19876141/budya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar